Tuesday, February 3, 2009

HACKER PROFESSIONAL

Seseorang yang mempunyai nama "IVAN" hacker dari Eropa Timur, punya banyak cara melakukan pekerjaanya. Dengan program bernama port scanner, ia bisa menjelajahi Internet dan menjajal tiap "pintu belakang" komputer korban yang tak terkunci. Setelah itu, komputer bisa dikendalikannya kapan pun ia mau.
Ia bisa menjadikan komputer Anda sebagai bagian dari botnet, untuk menyebarkan spam, mencuri identitas-identitas, atau menyandera situs suatu perusahaan. Ini bukan isapan jempol.
Itu terjadi pada lebih dari 300 ribu komputer yang terhubung ke Internet setiap hari. Menurut Biro Investigasi Federal Amerika Serikat, FBI, tahun lalu kerugian yang diakibatkan para penjahat online ini mencapai US$ 67,2 miliar (Rp 616 triliun).
Pada 2003, para peneliti di Universitas Carnegie Mellon meluncurkan CyLab, riset keamanan Internet terbesar di dunia, dengan 70 periset fakultas dan 140 peneliti lulusan dari kampus mereka di Pittsburgh.
Mereka membuat sistem perlawanan terhadap serangan dengan cara membangun sebuah jaringan sistem kekebalan dengan cara-cara berikut ini. Pertama, menciptakan keanekaragaman pada software dan sistem operasi di desktop Anda.
Dengan demikian, trik virus yang sama tidak akan bekerja pada komputer Anda lainnya. "Mengapa ras manusia bisa bertahan? Karena mereka memiliki keanekaragaman pada gen mereka," kata Pradeep Khosla, dekan di Universitas Carnegie Mellon sekaligus direktur di CyLab.
Yang kedua dengan memproteksi database perusahaan dari pencurian. CyLab mengembangkan sistem keamanan dengan memperlakukannya seperti selembar kertas yang dipisah-pisahkan.
Kertas tadi dikopi kemudian dipotong-potong menjadi seribu bagian dan disimpan pada seribu tempat terpisah. Dengan demikian, hacker harus menyerang 80 persen komputer perusahaan untuk melumpuhkan sistem.
Langkah ketiga, mencari sumber infeksi. Hal ini memang sulit. CyLab mengembangkan teknologi Fast Internet Traceback (FIT) yang bisa mengetahui setiap paket yang bergerak di Internet.
Dengan FIT, seorang pakar komputer-forensik mampu mengidentifikasi router yang dilalui paket malware dan dapat menelusuri komputer yang mengirim software jahat itu. Namun, perlawanan hacker masih jauh dari berakhir. Apalagi para penjahat online ini punya kecenderungan berkolaborasi dalam kegiatan mereka.
Misalnya, kata CEO Global Cyber Risk Jody Westby, hacker Nigeria yang canggih mengambil alih akun, bekerja sama dengan hacker Cina, yang punya keahlian memalsukan. Hal itu diperparah dengan penyelesaian hukum yang tak pernah tuntas. Sebab, cyberspace tak punya batas, sementara agen hukum dan para diplomat punya batas wilayah.

0 comments:

  © Blogger templates Newspaper by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP